Solitude

The Journey of Self-Discovery

Pernahkah kamu mencoba melatih ketajaman indera pendengaranmu?

Jika belum, cobalah luangkan waktu 5 - 10 menit untuk berdiam diri di kamar, cobalah untuk fokus dan dengarkanlah suara di sekitarmu.

Suara apa yang kamu dengar?

Dari kamar, kamu mungkin bisa mendengar suara burung, suara air mengalir, suara orang bernyanyi, suara orang berbicara, suara kipas angin, suara kendaraan, suara desah nafas, ketukan tuts keyboard, suara detak jam dinding, dan sebagainya.

Dari mana suara-suara itu?

Suara burung mungkin berasal dari luar kamar. Suara air mungkin berasal dari keran air kamar mandi, suara kipas angin dan detak jam dinding karena kamu memang punya kedua benda itu di kamarmu.

Sekarang kamu bisa meningkatkan pendengaranmu dengan melatihnya di tempat lain, misalnya di warung makan, warteg, atau tempat biasa kamu makan. Percayalah, latihan ini akan seru dan menantang!

Melatih pendengaran tentu bertujuan agar kita memiliki ketajaman pendengaran. Apa jadinya jika kita tidak pernah mendengar? Kita akan kehilangan kenikmatan dari mendengarkan itu sendiri.

Tanpa mendengar, kita bisa saja kehilangan kesempatan untuk menikmati musik yang sangat indah, terlepas dari genre musik apapun juga yang penting sesuai dengan selera.

Tanpa mendengar, kita bisa saja kehilangan kesempatan untuk menikmati percakapan hangat penuh canda ataupun perdebatan sengit yang mempertajam pola pikir dan daya analisa.

Tanpa mendengar, kita bisa saja kehilangan kesempatan untuk menikmati kedekatan dengan orang-orang yang kita cinta.

Tanpa mendengar, kita bisa saja kehilangan kesempatan untuk menikmati suara alam yang tercipta sebagai maha karya Sang Pencipta.

Percayalah, ada banyak kerugian jika kita tidak mendengarkan. Mohon maaf, saya sedang tidak membicarakan orang yang mengalami masalah dengan pendengaran/telinga.

via GIPHY

Bicara tentang melatih pendengaran dengan wajib diam, apakah artinya semata-mata tanpa berbicara? Tentu saja tidak. Kita juga membutuhkan konsentrasi dan fokus pada hal-hal yang terkait dengan mendengar suara disekitar kita tadi.

Kita akan kesulitan untuk mendengar jika pikiran kita tidak tenang apalagi jika pikiran kita “jalan-jalan”.

Ambilah contoh jika kita melatih pendengaran di kamar tapi pikiran kita sedang keluar kamar, percayalah akan sulit mendengar suara apapun.

Sebaliknya ketika tengah berada dikeramaian kota sedangkan pikiran kita ada di kampus, di rumah atau tempat lainnya, kita pun tak akan mendengar apa-apa.

Istilah yang dipakai untuk menyatakan sikap berdiam diri seperti ini adalah “solitude”.

Loneliness is marked by a sense of isolation. Solitude, on the other hand, is a state of being alone without being lonely and can lead to self-awareness. 1

Kalo di Indonesia-kan secara sederhana artinya adalah keadaaan menyendiri/sendirian tapi tidak merasa kesepian/sendirian. Namun justru menghantarkan kita kepada kesadaran diri dan mawas diri.

Sepintas orang yang berdiam diri (solitude) akan terlihat seperti sendirian/kesepian (loneliness). Padahal keduanya sebenarnya sedikit berbeda.

Bedanya, solitude adalah positive state karena kita memilih untuk tenang dan mengisi waktu dibatin kita dengan nilai-nilai yang positif yang memulihkan jiwa dan tubuh kita. Sedangkan loneliness adalah negative state, kita merasa nelangsa, sepi dan kosong. Pada akhirnya kekosongan itu merusak jiwa dan tubuh kita.

Walaupun, cenderungnya orang yang berdiam diri di tengah keramaian akan merasakan kesepian, tetapi orang yang sedang dalam posisi solitude tidaklah demikian.

Loneliness is being alone — and not liking it. It’s a feeling.

Solitude is being alone — and content. It’s a choice.

Hal di atas membawa kita pada suatu paradoks yang menarik, jika kita dapat menguasai kesendirian, kita tidak akan merasa kesepian. 2

Sejatinya yang harus terjadi ketika kita berdiam diri (solitude) bukanlah kesepian, tetapi menyadari tentang dua hal. Pertama, mendengar suara kita sendiri dan kedua mendengar ada suara lain, ada orang lain, ada oknum lain yang selalu memperhatikan yaitu Sang Pencipta kita.

Saya sendiri tidak sedang menyangkal, sebagai manusia kita pasti pernah mengalami kesepian. Mereka yang masih jomblo seringkali galau karena kesepian. Namun mereka yang sudah menikah pun masih merasakan kesepian.

Artinya, sadar atau tidak sadar, ada ruang khusus dalam hati kita yang memang kosong sehingga ada kalanya kita mengalami kesepian. Dan ruang itu hanya bisa diisi oleh ruh Sang Pencipta itu sendiri.

via GIPHY

Percayalah, pada kenyataannya, kita tidak pernah sendirian.