Imperfectionist Manifesto

The Journey of Self-Discovery

Kita semua memiliki suatu idealisme dalam pikiran berkaitan dengan hal-hal yang kita lakukan di dalam hidup. Kita telah diajarkan untuk menjadi teliti atas apa yang kita lakukan dan berusaha keras untuk mencapai keunggulan.

Tidak ada yang salah dengan filosofi kehidupan tersebut. Itu merupakan hal yang terpuji dan berperan sebagai suatu garis dasar yang baik bagi segala sesuatu yang kita lakukan.

Saya yakin kita semua pernah bertemu dengan seseorang yang bisa dikategorikan sebagai perfeksionis, atau mungkin Anda sendiri? 😊

Sepanjang yang saya kenal dan tahu, saya belum pernah bertemu seorang perfeksionis yang hidupnya dipenuhi dengan kedamaian batin. Kadang saya melihat orang lain yang saya anggap hidupnya sempurna, ketika kenal lebih jauh ternyata tidak juga.

“Setiap manusia punya masalahnya masing-masing yang membuat hidup mereka terasa kurang tentram, selalu demikian.”

Setelah dipikir-pikir ternyata kebutuhan akan kesempurnaan dan keinginan akan ketentraman itu adalah dua hal yang berbeda, bahkan saling bertentangan kalau boleh saya sebut.

Setiap kali kita menginginkan sesuatu dengan cara tertentu, yang kita anggap lebih baik dari yang sudah ada, maka secara definisi kita sudah mengarah pada kekalahan dalam sebuah pertempuran. Daripada puas dan bersyukur atas apa yang kita miliki, kita jadi cenderung memfokuskan diri pada apa yang salah dan kebutuhan kita untuk memperbaikinya.

Ketika kita memusatkan perhatian pada apa yang salah, itu menyiratkan bahwa kita tidak puas, tidak terpuaskan. Entah itu terkait dengan diri kita sendiri seperti misalnya pengaturan barang di rumah yang tidak teratur, kelupaan membeli sesuatu, pencapaian yang tidak sempurna dalam pekerjaan, berat badan yang naik, atau bahkan “ketidaksempurnaan” orang lain, cara seseorang melihat, berperilaku, atau menjalani hidup mereka. Pada dasarnya semua tindakan yang berfokus pada ketidaksempurnaan ini tanpa sadar akan menjauhkan kita dari tujuan untuk menjadi seseorang yang lebih baik.

via GIPHY

Ini bukan berarti kita harus berhenti untuk melakukan yang sebaik-baiknya, tetapi ada sisi positif yang bisa kita dapatkan jika kita tidak terlalu terikat dengan apa yang salah dan kurang dengan kehidupan. Ini adalah tentang menyadari kenyataan bahwa selalu ada cara yang lebih baik untuk melakukan sesuatu, dan ini bukan berarti Anda tidak dapat menikmati dan menghargai apa yang telah terjadi.

Menurut Richard Carlson, Ph.D dalam salah satu bukunya, solusinya di sini adalah Anda harus bisa menangkap diri Anda ketika mulai jatuh ke dalam kebiasaan untuk bersikeras bahwa hal-hal seharusnya menjadi sesuatu yang lebih baik (menurut Anda) daripada yang sekarang ada. Ingatkan diri Anda bahwa hidup akan baik-baik saja. Dengan tidak adanya penilaian dari diri Anda, semuanya akan baik-baik saja.

Ketika Anda mulai menghilangkan kebutuhan Anda akan kesempurnaan di semua bidang kehidupan, Anda akan mulai menemukan kesempurnaan dalam hidup itu sendiri.

Tentu saja ini bukan berarti Anda tidak bisa berpendapat dan menilai, hanya saja segala sesuatu yang berlebihan itu akan menghasilkan sesuatu yang tidak baik bagi siapapun.

Jangan lupa bahagia yaa.. - Sigit Purwadi's Blog
Mungkin ini pesan kuat yang selama ini saya pribadi coba gaungkan dalam tulisan-tulisan sederhana di blog ini. Pesan yang lebih banyak memang untuk mengingatkan diri sendiri.

Yuk kita mulai hidup bahagia.