Menjadi Mahasiswa 'Hi-Tech' Kekinian

EdTech: The Future of Learning

Zaman sekarang sepertinya jarang sekali kita menemukan ada mahasiswa yang tidak memiliki smartphone.

Sebagian besar mahasiswa pasti memiliki benda ini, yang membedakan hanyalah dari tipe yang dimiliki.

Soal apapun itu tipenya, tetap smartphone adalah benda canggih yang tak bisa dilepaskan dari tangan manusia.

Satu pertanyaan yang selalu membuat saya merasa tergugah,

Are you smarter than your phone?

Dari sekian banyak merk, jenis, tipe, dan kecanggihan smartphone yang ada, orang-orang termasuk pelajar dan mahasiswa justru tidak dapat memanfaatkan teknologi ini dengan maksimal.

Tulisan ini berawal dari keprihatinan seorang dosen universitas swasta di Jakarta yang menemukan bahwa kemampuan mahasiswa saat ini ternyata tidak sebanding dengan kemajuan teknologi yang ada.

Dalam blog pribadinya, beliau sedikit menyinggung tentang kondisi mahasiswa sekarang yang justru jauh dari kesan mahasiswa hi-tech kekinian,

Dari sekian banyak mahasiswa saya, tidak ada satupun yang mengikuti perkuliahan sesuai dengan kondisi jaman sekarang. Semuanya, tanpa terkecuali, masih kuliah seperti halnya saya kuliah di tahun 1997 dulu. Ya benar, selama 17 tahun tidak ada perubahan metodologi sama sekali. 1

Beliau memang sedang menyoroti kondisi mahasiswa jurusan IT yang seharusnya menjadi yang terdepan dalam hal memahami dan memanfaatkan teknologi, tetapi tidak demikian pada kenyataannya.

Sebagai mahasiswa saya pun mengakuinya, sebagian besar rekan saya sesama mahasiswa memang lebih suka mendengarkan dosen berceloteh di depan kelas, mencatat celotehan dosen, dan belajar dari catatan tersebut ketika akan ujian saja.

Sebuah kondisi yang tidak sebanding jika dilihat dari kenyataan bahwa masing-masing individu tersebut sudah dipersenjatai dengan:

  • Smartphone. Mayoritas sudah pakai Android, sebagian kecil menggunakan iOS (iPhone).
  • Internet nonstop. Baik paket data dari smartphone maupun internet gratis dari wifi kampus.
  • Sesi kuliah praktikum lebih sering dilakukan di lab komputer dengan 1 PC untuk masing-masing mahasiswa.

Lalu bagaimana seharusnya?

Menurut Pak Endy, ada beberapa poin yang seharusnya dilakukan mahasiswa canggih zaman sekarang:

Waduh, kalau tidak mencatat gimana mau ingat? Kalau tidak bawa buku lalu mau menulis di mana? Bukannya orang bilang Facebook itu tidak produktif?

Baiklah mari kita bahas..

Jangan Mencatat!

via GIPHY

Untuk urusan catat-mencatat ini kita bagi menjadi ketika kuliah teori dan saat praktikum.

Saat kuliah teori

Sebenarnya ada beberapa kerugian kalau kita mencatat selama sesi perkuliahan:

  1. Terbaginya konsentrasi sehingga tidak dapat mengikuti penjelasan dosen secara penuh.
  2. Tidak dapat mencatat 100% isi materi, karena kecepatan menulis kita terbatas sedangkan kecepatan mengajar dan berceloteh dosen lebih cepat.
  3. Konten pembelajaran misalnya seperti sesi live coding (bagi mahasiswa IT), terdapat urutan dan langkah-langkah yang sulit ditangkap dengan tulisan tangan.

Meskipun demikian, kegiatan menulis dan mencatat tetap penting dan harus dilakukan dengan alasan:

  1. Mengatasi faktor lupa, apalagi saat kita mengikuti beragam kelas dengan berbagai mata kuliah. Kalau tidak dicatat, isi kuliah A mungkin saja akan lenyap seketika begitu kita mengikuti kelas mata kuliah B.
  2. Kegiatan mencatat ulang dengan kalimat sendiri dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap materi kuliah.
  3. Kegiatan mencatat dapat mengikat materi lebih kuat ke dalam ingatan dibandingkan dengan hanya melihat dan mendengarkan saja.

Best practices untuk tidak mencatat selama kuliah, Pak Endy menyarankan:

  1. Kalau dosen menulis di papan tulis, jangan dicatat. Potret saja!
  2. Selama sesi perkuliahan, kalian dapat menghidupkan perekam suara untuk merekam pembelajaran dan celoteh dosen.
  3. Setelah selesai kuliah, investasikan waktu ±30 menit untuk

    • Mengetik ulang materi kuliah dengan kata-kata kita sendiri.
    • Tambahkan dengan foto tulisan/diagram yang dibuat dosen di papan tulis.
    • Segera lengkapi dengan bantuan Google apabila ada hal-hal yang kurang jelas atau perlu penjelasan lain.

Intinya, pisahkan kegiatan menulis (yang berguna untuk memperjelas pemahaman dan mengikat materi di otak) dengan kegiatan merekam penjelasan dosen.

Dengan demikian, kita bisa mendapatkan segala keuntungan menulis tanpa mengganggu konsentrasi selama sesi kuliah.

Saat praktikum

via GIPHY

Pada sesi praktikum, biasanya tidak ada penjelasan dosen atau asisten. Mahasiswa hanya diberikan tugas untuk dikerjakan. Terkadang dilengkapi dengan instruksi atau tutorial.

Bagi mahasiswa pemrograman, selama praktikum tentu akan disuruh melakukan coding. Untuk mata kuliah jaringan, kadangkala disuruh setting server. Apapun itu, untuk menyelesaikan tugas praktikum biasanya dibutuhkan beberapa langkah pengerjaan menggunakan komputer.

Lalu apanya yang dicatat?

Ya tentu saja langkah demi langkah penyelesaian tugas. Ambil screenshot tiap langkah, kemudian pasang di aplikasi word processor seperti Microsoft Word atau Libre Office Writer. Kalau mau lebih canggih, ketiklah dengan menggunakan format markdown.

Selain menggunakan word processor, kita juga bisa merekam kegiatan kita di komputer selama sesi praktikum. Kalau sudah ada rekaman, kapan saja perlu tinggal kita tonton ulang. Bonus point-nya adalah kita bisa menambahkan dubbing suara pada rekaman screencast yang kita buat sebelumnya.

Berkolaborasi Aktif di Sosial Media

Jaman dulu, orang diskusi di milis. Jaman sekarang milis sudah mulai sepi, orang-orang mulai beralih ke Facebook.

Di Facebook kamu bisa bergabung ke dalam berbagai grup dengan beragam topik yang akan membantumu memecahkan permasalahan tugas kuliah. Inilah salah satu alasan saya masih memakai Facebook.

Selain Facebook, masih ada puluhan platform lain seperti Reddit, Github, Slack, StackOverflow, Quora, Medium, Twitter, Dev.To, atau bisa juga melalui Telegram dan Whatsapp.

Tinggal di Awan

via GIPHY

Jaman sekarang, orang berlomba-lomba menyediakan cloud services. Ada Dropbox, Google Drive, OwnCloud, Youtube, Github, Telegram, dan sebagainya. Bahkan sekarang banyak perguruan tinggi yang sudah menyediakan Google Drive unlimited untuk mahasiswanya.

Kita harus manfaatkan layanan gratis ini semaksimal mungkin. Kasihan yang bikin, udah susah-susah bikinnya, kita tinggal pake aja gak mau.. 😂

Ada beberapa layanan komputasi awan yang bisa kamu gunakan, yaitu:

  • Youtube, untuk mengunggah hasil screencast. Selain itu, tersedia ribuan materi dan tutorial yang bisa kamu dapatkan secara gratis di sini.
  • Github, social networking buat programmer. Karena udah gak zaman mahasiswa ngejunk inbox email dosennya. Github bisa dijadikan platform pengumpulan tugas dari dosen.

Belajar dari Internet

Bapak menteri kita dulu pernah bertanya,

Memangnya kalau internet kenceng, mau dipake apa??

Setelah membaca artikel ini sampai di sini, kamu sekarang bisa menjawab dengan yakin.

Buat belajar dong, Pak! Saya akan donlod semua video tutorial di Youtube. Saya copy ke smartphone saya. Tiap ada waktu luang, misalnya ngantri di ATM, selama kegencet di commutter line, kena macet di angkot, saya akan tonton tutorial tersebut. Insya Allah saya bisa cepet pinter Pak, biar bisa gantiin Bapak ngeberesin internet di Indonesia.

Banyak sekali materi pelajaran di internet. Mau belajar NodeJS dan SailsJS ada. Mau belajar Spring Framework ada. Mau belajar fotografi juga siap!

Persiapkan Modalnya

via GIPHY

Wah, dengan segala macam teknologi di atas, pasti modalnya mahal ya? Saya mahasiswa cekak, bokek, pas-pasan..

Tidak juga. Ini cuma masalah prioritas dan kesungguhan aja. Coba kita hitung-hitungan.

Lihat daftar persenjataan yang saya jabarkan di atas. Smartphone termurah sekalipun (harga 1 juta ke bawah BNIB) sudah mampu memotret dan merekam suara. Tambahkan budget sekitar 300 ribu untuk memory card berkapasitas 32GB.

Sebagai gambaran, rekaman suara 60 menit ukuran filenya 60MB. Dengan 32 GB, kita bisa menampung 500 jam celotehan dosen. 😂

Oke lah kita bagi dua menjadi 200 jam, karena separuhnya kita pakai untuk foto papan tulis. Kalau satu foto ukurannya 4MB, maka kita punya space untuk 4000 foto. Cukuplah untuk satu semester.

Aplikasi & tools yang bisa kamu gunakan

Pengguna Ubuntu bisa menggunakan aplikasi Shutter untuk mengambil cuplikan layar praktikum kamu dan RecordMyDesktop untuk merekam screencast.

Untuk daftar aplikasi yang bisa kamu gunakan di smartphone akan saya bahas pada kesempatan lain.

Konklusi

Jaman sekarang semua sudah serba mudah. Mau belajar apa saja gak perlu tunggu guru/dosen. Lima tahun ke depan, pelajar dan mahasiswa harusnya bisa 5 kali lebih hebat dari guru dan dosennya.

Masa kalah sama generasi pager yang komputernya jauh lebih lemot daripada smartphone zaman sekarang?

Pager

Tinggal kita saja pintar-pintar mengatur prioritas.

Mana yang lebih penting, jago coding atau up-to-date dengan kelakuan selebgram/youtuber terbaru?