Disleksia
Apa kesamaan antara Alexander Graham Bell, Albert Einstein, dan Leonardo da Vinci?
Ternyata selain sama-sama merupakan salah satu figur paling terkenal dalam sejarah dan ilmu pengetahuan, mereka semua juga sama-sama menunjukkan tanda-tanda menderita disleksia.1
Legends with dyslexia disorder (sruti.com)
Disleksia adalah sejenis permasalahan dalam belajar (learning disability). Namun sebenarnya kesulitan belajar yang terjadi pada penderita dyslexia adalah kesulitan belajar yang lebih spesifik, misalnya kesulitan pada aspek membaca dan mengeja (Dyslexia), kesulitan pada aspek menulis (Dysgrafia), atau hanya kesulitan pada aspek berhitung (Dyscalculia).
Seorang individu bisa menyandang dyslexia saja, dyscalculia saja, dysgrafia saja, atau menyandang kombinasi dari ketiganya. 1
Selain kesulitan pada bidang akademis, individu dyslexia seringkali mengalami kesulitan lain yang sifatnya non-akademis, misalnya: mudah lupa, sulit konsentrasi, tidak teroganisir, grasak-grusuk, sulit memulai suatu pekerjaan, sulit menentukan skala prioritas, impulsif, dan lain-lain.
Banyak orang yang menganggap bahwa disleksia dapat memengaruhi tingkat inteligensi atau kecerdasan penderitanya, tapi anggapan ini tidaklah benar. Anak dengan tingkat kecerdasan baik rendah maupun tinggi, bisa menderita disleksia.2
Berlawanan dengan kepercayaan populer, disleksia bukanlah sebuah tahapan belajar yang dialami oleh anak pada usia tertentu. Disleksia adalah sebuah kondisi seumur hidup, dan bisa menjadi sangat parah. Namun kini telah ada beberapa metode perawatan yang sangat efektif untuk mengatasi masalah tersebut.
Penyebab Umum Disleksia
Disleksia sudah ada sejak waktu yang lama dan sangat umum ditemui di masyarakat. Bahkan, di Amerika Serikat, sekitar 80% dari mereka yang tidak dapat membaca dengan baik dipercayai menderita disleksia. Selain itu, perbedaan etnis, jenis kelamin, dan latar belakang sosio-ekonomi tidak berpengaruh terhadap kondisi ini.
Penyebab disleksia belum diketahui secara pasti. Para pakar menduga faktor keturunan atau genetika berperan di balik gangguan belajar ini. Seorang anak memiliki risiko menderita disleksia jika orang tuanya menderita gangguan yang sama.3
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki anggota keluarga atau kerabat yang memiliki disleksia, memiliki resiko lebih besar untuk mengalami kondisi tersebut.
Sementara itu, beberapa ahli meyakini bahwa mereka yang menderita disleksia tidak menggunakan bagian otak kiri mereka, bagian yang mengatur kemampuan mengeja dan membaca, dengan semestinya.
Banyak orang percaya bahwa para penderita disleksia memiliki masalah dalam mengolah fonem, divisi terkecil dari suara ketika sebuah kata diucapkan. Membaca dan menulis menjadi kegiatan yang sulit untuk dilakukan karena otak harus merangkai huruf untuk membentuk kata, kemudian kalimat, atau paragraf untuk menjelaskan maksud mereka secara tepat.
Diagnosis & Gejala Disleksia
Disleksia merupakan gangguan yang terpendam. Tidak dapat diketahui sejak lahir maupun dengaan pandangan mata sekilas. Gejala-gejala dalam disleksia sangat bervariasi dan umumnya tidak sama untuk tiap penderita sehingga sulit dikenali, terutama sebelum sang anak memasuki usia sekolah.
Ada beberapa gen keturunan yang dianggap dapat memengaruhi perkembangan otak yang mengendalikan fonologi, yaitu kemampuan dan ketelitian dalam memahami suara atau bahasa lisan 4. Misalnya membedakan kata “paku” dengan kata “palu”5.
Dyslexia di usia pra-sekolah, usia 5 sampai 7 tahun, dapat dikenali dengan berbagai pertanda klinis sebagai berikut:6
- adanya riwayat gangguan bahasa pada keluarga;
- adanya sibling yang disleksia; gangguan dalam aspek bahasa lisan misalnya kosa kata terbatas, banyak disartikulasi, tidak dapat bercerita secara runtut, banyak menggunakan kata ganti, banyak menggunakan istilah yang tidak tepat;
- mudah lupa, sulit ingat instruksi yang panjang, sulit paham konsep preposisi, sulit paham konsep waktu, dan sulit mengikuti rima dan ritme.
Penanganan Penderita Disleksia
Salah satu bentuk penanganan yang dapat membantu penderita disleksia adalah pendekatan dan bantuan edukasi yang lebih. Penentuan jenis intervensi yang cocok biasanya tergantung pada tingkat keparahan serta hasil tes psikologi penderita.
Bagi penderita disleksia anak-anak, penelitian menunjukkan bahwa intervensi edukasi paling efektif jika diberikan sebelum anak mencapai usia delapan tahun. Jenis intervensi yang paling membantu dalam meningkatkan kemampuan baca dan tulis adalah intervensi yang berfokus pada kemampuan fonologi. Intervensi ini biasanya disebut fonik.
Penderita disleksia juga akan diajari elemen-elemen dasar seperti belajar mengenali fonem atau satuan bunyi terkecil dalam kata-kata, memahami huruf dan susunan huruf yang membentuk bunyi tersebut, memahami apa yang dibaca, membaca bersuara, dan membangun kosakata.
Selain dengan intervensi edukasi, orang tua juga memiliki peran penting dalam meningkatkan kemampuan anak. Langkah sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan membacakan buku yang menarik minat anak. Kegiatan ini dapat Anda lakukan lebih dari sekali agar anak dapat terbiasa dengan teks dalam buku. Menyemangati dan membujuk anak untuk membaca buku, lalu mendiskusikan isinya bersama-sama akan berguna.
Orang tua juga dianjurkan untuk tidak mencela saat anak melakukan kesalahan dalam membaca sehingga kepercayaan diri anak juga dapat dibangun.
Intervensi edukasi tidak hanya berguna bagi penderita disleksia anak-anak, tapi juga untuk penderita remaja dan dewasa dalam meningkatkan kemampuan baca dan tulis mereka. Di samping itu, melibatkan bantuan teknologi seperti program komputer dengan perangkat lunak pengenalan suara juga umumnya dapat bermanfaat.
Penanganan disleksia membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Karena itu, keluarga serta penderita dianjurkan untuk bersabar menjalaninya. Dukungan serta bantuan dari anggota keluarga serta teman dekat akan sangat membantu.
💡 Artikel ini terpilih untuk dimasukkan dalam “Artikel Disleksia Terbaik Pilihan Twinkl 2023“ dari penerbit bahan ajar pendidikan Twinkl
Referensi & Rujukan:
Dewi, kristiantini. 2014. Disleksia: Penanganan Hingga Metode Pembelajaran Bagi Penderitanya. Diakses dari https://fc4pentingers.wordpress.com/2014/11/20/disleksia-penanganan-hingga-metode-pembelajaran-bagi-penderitanya/. ↩︎ ↩︎2
Pratamawati, Tiyas, et al. 2015. Perspektif Negatif Terhadap Anak Disleksia Tanpa Mempedulikan Potensi yang Dimiliki. Prosiding Seminar Nasional PGSD UPY. Diakses dari http://repository.upy.ac.id/419/1/artikel%20tiyas.pdf. ↩︎
Davis, Ronald, D. 1992. Test for Dyslexia: 37 Common Traits. Davis Dyslexia Association International. Diakses dari http://www.dyslexia.com/library/symptoms.htm. ↩︎