Dhemit Ora Ndulit Setan Ora Doyan

Life of Thought

Semboyan sakti sebagai alasan dan kabing hitam sering kita denger adalah kalau seseorang tidak selamat karena berbuat salah, kita akan dengar bahwa manusia itu tidak bisa luput dari kesalahan atau manusia tempatnya salah.

Ah… kenapa manusia malang seperti itu? Padahal harusnya manusia selalu dalam keselamatan bahkan tidak ada gangguan yang berarti.

Menurut dasarnya sesuatu terjadi pada manusia, sebenarnya bukanlah karena manusia tempatnya salah, jika tidak terjadi keselamatan, tapi memang lantaran dari dasar manusia tidak memiliki kesadaran.

Kenapa bisa tidak sadar, karena tidak mau belajar, kenapa tidak mau belajar, karena merasa sudah tahu, kenapa merasa sudah tahu, karena bersikap mental bodoh, kenapa bersikap mental bodoh, karena tak berbudi, kenapa tak berbudi, karena tidak berkemauan baik. dst. dst.

Atau kalau dibalik bahwa jika kita tidak berkemauan baik, maka kita akan tak memiliki budi sehingga menyebabkan sikap mental yang bodoh dan membawa kita menjadi manusia yang merasa tahu. Akibatnya kita tidak mau belajar lagi, yang akhirnya menjadi tidak memiliki kesadaran.

Keselamatan adalah milik semua manusia yang memiliki Kemauan yang baik, namun kalau masih malang maka kemauannya masih semu/palsu.

  • Dalam kehidupan berumah tangga, “Dhemit Ora Ndulit Setan Ora Doyan”, keluarga yang terhindar dari bencana, adalah mereka yang membangun komunikasi yang efektif… Keluarga yang membangun komunikasi efektif adalah mereka akan bahagia menikmati keselamatan.
  • Dalam hubungan orang tua dan anak (guru dan murid), orang tua dan guru, senantiasa akan menyiapkan agar anak-anak dan murid mereka selalu akan dalam keadaan selamat, maka selalu akan memberikan yang terbaik segala yang di minta, tapi bahayanya kalau Kemauan Baik tidak di tanamkan dari awal, maka nanti berbentuk suatu hal yang sebaliknya dari keinginan awal.
  • Dalam hubungan keluarga dengan keluarga lain (bermasyarakat), kita diajarkan untuk selalu saling bertegur sapa dan selalu siap untuk membantu yang lain, dan pada hakekatnya adalah membangun masyarakat yang dalam keselamatan/kebahagiaan. Untuk itu kita jangan lupa juga harus saling menanamkan sikap berjiwa besar agar kita saling memaafkan/mengampuni, dan jiwa murah hati, agar bisa saling memberi.