The Economics of Why You're Single

Relationshipshit!

Sebagian dari kalian yang ngakunya anak sekolah pasti pernah belajar ekonomi kan? Apalagi yang anak sosial (red: IPS)..

Belajar ilmu ekonomi tidak lengkap rasanya kalo belum menyinggung perkara hukum permintaan (demand) dan penawaran (supply). Terus ada lagi teori elastisitas dan inelastisitas. Ya itu cuma contoh kecilnya saja dari sekian banyak teori-teori yang diajarkan di sekolah atau di kampus.

Mungkin kalian sempat berpikir, “Ngapain juga gw harus belajar ini, ga bakal berguna di kehidupan nyata~” dan setelah itu kalian kabur dari sekolah buat ke rental PS atau ke warnet.

Kalian ga gitu? Oh oke berarti cuma gue.. -_-

Tau gaksih, kenyataannya teori-teori ini sebenarnya berguna banget (biasa ajasih) di kehidupan kita sehari-hari, mulai dari aktivitas jual beli pada umumnya, kehidupan pada sirkel pergaulan(?), sampai pada siklus dalam dunia perbucinan 1.

Kek gimana tuh? Begini ceritanya…


DISCLAIMER: Nama-nama yang digunakan dalam kasus ini semata-mata adalah tokoh fiksi untuk kepentingan ilustrasi. Jika ada kesamaan nama dan kondisi, maka itu hanyalah kebetulan, atau keajaiban. Kalo kamu merasa kamu adalah Natasha, harap segera hubungi saya. Mungkin ini pertanda~

Demand

Demand atau permintaan dalam percintaan adalah hubungan antara seberapa tinggi nilai diri kamu dalam bursa dunia perbucinan dengan orang-orang yang menurut kamu pantas menjadi pasanganmu.

Intinya, semakin tinggi nilai kamu, maka semakin sedikit orang-orang yang menurut kamu pantas buat kamu (jual mahal lah..)

Berikut kurva dan contoh kasusnya:

Kurva permintaan Images credit goes to their respective owners

Natasha adalah cewe jomblo umur 23 tahun. Cantik, penyayang binatang, tinggi semampai dan okelah. Dia lagi ngambil program Master (S2) bidang Mikrobiologi di Amrik. Hobinya masak sama ngelukis. Kalo lagi senggang, dibanding cuma rebahan aja kek klean dia lebih suka baca buku dan nonton film item putih. Manis, baik hati, dan humoris. uWu sekali~

Sedangkan Dodi adalah cowo jomblo yang suka rebahan di umur 24 tahunnya. Muka pas-pasan, mandinya kalo mau pergi doang. Boro-boro kerja, S1 aja belom kelar. Hobinya tidur, gitaran, sama main gaple. Urakan, sembarangan, kalo ngutang suka gak bayar.

Dari kedua contoh di atas, bakal ketauan kan mana yang nilainya lebih tinggi.

Natasha sebagai individu yang memiliki nilai tinggi, kalo nyari pacar tentunya pengen yang selevel dong. Terus orang yang selevel dan pantas buat dia berapa sih? Dikit kan, taro lah 5 orang..

Sedangkan si Dodi, dengan atributnya yang kayak gitu pasti nilainya gak oke lah ya.. Karena dia tau diri, dia gak pasang standar tinggi-tinggi buat cari pacar. Dia nyari yang mau menerima dia apa adanya aja. Nah karena dia gak pasang standar tinggi, dia pikir banyak nih yang bisa masuk. Jadi taro lah ada 20-an.

Supply

Kalo supply atau penawaran dalam dunia percintaan adalah hubungan gimana orang-orang menilai diri kamu, dan berapa orang yang mau pacaran sama kamu.

Semakin tinggi nilaimu, semakin banyak orang-orang yang mau menjalin hubungan sama kamu.

Kurvanya seperti ini:

Kurva penawaran Images credit goes to their respective owners

Lanjut dari contoh yang tadi, Natasha dengan segala ke-oke-annya pasti dianggep sebagai high-quality jomblo. Karena dia super oke, banyak yang naksir sama dia dan pengen jadi pacarnya. Ya taro lah ada 20 gitu..

Sedangkan si Dodi, karena kualitasnya dia yaa.. kalian tau sendiri, siapa sih yang mau sama dia. Dikit doang kan. Kita kasih angka 5.

Cukup Jelas kan? Oke lanjut!

Equilibrium

Titik equilibrium adalah posisi di mana demand dan supply akan bertemu.

Ini ibarat gayung bersambut kalo dalam dunia perbucinan. Apa yang kamu cari pas dengan yang mencari kamu. Ciee.. akhirnya..

Kalo dibikin kurva, kira-kira begini:

Kurva equilibrium Images credit goes to their respective owners

Natasha sama Dodi, titik demand sama supply-nya kan ga ketemu tuh. Artinya apa? Ya artinya mereka masih jomblo lah..

Natasha sih yang naksir banyak, tapi dia jual mahal gitu, gimana mau jadi. Sedangkan si Dodi, dia sih anaknya obralan, tapi gak ada yang mau sama dia. Akhirnya ya gak ada yang jadi juga. Hehe..

"Man naturally desires, not only to be loved, but to be lovely; or to be that thing which is the natural and proper object of love."Adam Smith in “The Theory of Moral Sentiments” (1759) 2

• • •

Baiklah sekarang kita akan bahas teori selanjutnya yang sedikit lebih rumit, yaitu tentang elastisitas kaum jomblo.

Kalo dalam ilmu ekonomi, elastisitas demand/supply itu adalah seberapa besar perubahan kuantitas yang di demand/supply apabila terjadi perubahan harga.

Terus bagaimana jika diterapkan dalam dunia perbucinan?

Elastisitas

Menurut euG, elastisitas seorang jomblo adalah seberapa besar perubahan jumlah orang-orang yang dia mau pacarin kalo misalnya nilainya dia berubah.

Kalo sebelumnya ada si Dodi sama Natasha yang udah cukup kita pergunjingkan, jadi sekarang kita pake contoh baru, Sinta sama Didit.

Kurva elastistitas Images credit goes to their respective owners

Katakanlah karena suatu hal, Sinta dan Didit mengalami kenaikan nilai. Mungkin mereka baru menang undian 1 Miliar dari produk sabun colek, atau muka mereka jadi tambah glowing karena abis kena air wudhu, menjaga pola makan, dan rutin skinker-an. Yang jelas nilai mereka naik dari P1 ke P2.

Terus gimana mereka menyikapi perubahan nilai tersebut?

Sinta merasa kenaikan nilai ini adalah sebuah prestasi luar biasa bagi dia. Harga diri dan martabatnya dalam sirkel pergaulan seketika melonjak tinggi. Namun, jumlah orang yang menurut dia pantas buat jadi pacarnya langsung menurun drastis, dari Qs1 menjadi Qs2. Dia langsung jual mahal gitu istilahnya.

Sementara Didit, dia anaknya santai-santai aja. Biarpun nilainya naik, dia tetap bersahaja seperti ajaran Mama Dedeh keluarga Cemara. Dia ngerasa kalo kenaikan nilai ini bukan apa-apa, dan bukan alasan untuk sombong karena kesempurnaan semata-mata hanya milih Tuhan YME. Makanya jumlah penurunan Qd pun cuma sedikit dibandingkan sama Qs punya si Sinta.

Karena perubahan si Sinta lebih gede daripada Didit, bisa dibilang kalo Sinta lebih “elastis” daripada Didit.

Dari elastisitas ini, kita bisa mengidentifikasikan 2 macam jomblo yang ekstrim nih, yaitu Jomblo Elastis Sempurna, dan Jomblo Inelastis Sempurna.

Jomblo Elastisitas Sempurna

Jenis yang ini adalah jomblo dengan nilai yang sama, dia mau menerima siapa pun. Istilahnya ya murah hati gitu deh..

Biar lebih jelas, kita liat kurvanya:

Kurva elastisitas sempurna Images credit goes to their respective owners

Misalnya si orang ini nilainya P*, tapi dengan nilai segitu, dia mau sama siapa aja. Dia ini tipikal yang mure sejati gitu orangnya. Ditembak siapa aja pasti nerima.

Jomblo Inelastisitas Sempurna

Sebaliknya, jomblo inelastisitas sempurna ini berapapun nilainya, dia cuma merasa cocok sama segelintir orang atau mungkin sama 1 orang aja.

Kalian boleh menyebut dia sebagai tipe jomblo karena alasan setia, atau mungkin jual mahal, atau bisa juga karena udah mêntok. ¯\_(ツ)_/¯

Begini kurvanya:

Kurva inelastisitas sempurna Images credit goes to their respective owners

Maksudnya, mau nilai dia rendah di P1 atau udah naek tinggi ke P2, pokoknya dia itu maunya cuma sama Q*.

Mungkin dia udah lama naksir sama Q* tapi sampe sekarang belom dapet-dapet jadinya mêntok di situ. Ato mungkin Q* itu dulu mantannya dan belom bisa move on. Ya kurang lebih begitu lah.. seterah klean deh mau gimana~

Terakhir, sebagai saran aja sih kalo misalnya kamu udah ngerasa oke tapi masih jomblo juga, ya jangan terlalu picky jadi orang. Dan kalo kamu masih gak laku-laku padahal udah pasang standar yang B-aja (red: biasa aja), cobalah introspeksi diri. Kalo kurang oke, usahakan gimana caranya biar jadi lebih oke.

Semoga bisa menambah wawasan kalian dalam teori/ilmu ekonomi, keterampilan mengarang cerita, dan keahlian dalam dunia perbucinan~


Referensi & Glosarium:

  1. Bucin adalah kata dalam bahasa gaul yang merupakan sebuah akronim dari “budak cinta”, atau bisa juga diartikan sebagai “butuh cinta” (KBBI: Bucin). ↩︎

  2. Adam Smith adalah Bapak Ekonomi Dunia dan pelopor ilmu ekonomi modern. Ia dikenal sebagai pelopor ilmu ekonomi kapitalisme pada abad 18 (Wikipedia: Adam Smith). ↩︎