Manusia Yang Sama
Dalam perjalanan dari waktu ke waktu, saya semakin sadar bahwa banyak orang saat ini sangat senang berperan sebagai bos, tetapi tidak untuk menjadi pemimpin.
Mengacungkan telunjuk dan berucap perintah, hal yang sangat mudah dan menyenangkan, bukan? Tidak perlu repot dan bersusah payah untuk melakukan sesuatu karena merasa ada orang yang pantas melakukannya untuk dirimu.
Lupakah kita, bahwa manusia manapun sesungguhnya tak layak untuk bertuan, terkecuali jika kamu adalah Tuhan?
Benci rasanya bagaimana struktur diciptakan yang seharusnya menjadi sesuatu yang menggerakan dan menggiring, berujung menjadi suatu penguasaan.
Seseorang merasa layak untuk dihormati karena ia memiliki gelar, jabatan, harta dan tahta. Sementara seseorang yang lain segan untuk sekedar berbincang ringan, merasa kecil karena ia merasa tidak punya apa-apa.
Ia tunduk. Takut melakukan kesalahan, karena jika ia salah, mungkin berdampak pada pendapatan bulanannya? Haha, ia lupa bahwa orang itu pun sama seperti dirinya; sama-sama manusia.
Seseorang takut akan seniornya, karena begitulah stereotip yang ada. Jika melakukan kesalahan, senior akan marah. Bahwa junior selalu salah. Ia lupa, bahwa seniornya pun sama seperti dirinya; sama-sama manusia.
Seseorang yang merasa sudah berada di puncak, atau setidaknya merasa bahwa kedudukannya lebih tinggi dari manusia lain, sering lupa bahwa tidak ada manusia yang cukup spesial untuk memandang rendah atau menjajah sesamanya.
“If you are showing love to your fellow human beings, you are showing love to your God” Dalai Lama
Maka jika kamu terjerat dalam kedudukan itu, tertawakan sajalah. Tidak perlu cemas atau takut. Dia yang memerintahmu sama sepertimu. Sama-sama manusia, pribadi yang bebas dan tidak bertuan. Berhenti mengikatkan rantai pada dirimu sendiri. Karena hidup terlalu singkat untuk itu.